Berzina dengan bundaku
Perkenalkan namaku Ghufron(Nama Samaran) aku adalah hyper sek's mulai dari sekolah dasar sanpai saat ini, Nama temanku Agil Dan nama ibunya adalah sulisiowati Dan di panggil sulis.
Kisah ini berawal dari sekolah Menengah kejuruan SMK di daerah jawa timur. Awal mula aku ngeseks dengan ibu temanku adalah suatu hari aku kerja kelompok di rumah temenku Yang bernama agil ini. Dan dari itu aku kenalan dengan ibu temanku bernama sulis ini. Hari-hari selanjutnya adalah sudah seperti keluarga sendiri, saya datang Dan pergi selalu cipika cipiki dengan but sulis ini tidak ada rasa canggung aku peluk aku cium balik juga.
Suatu saat saya mempunyai PR kelompok dengan agil, saya berangkat dari rumah ke rumah agil, setelah sampai di sana aku cium cipika cipiki seperti biasa, setelah itu saya Tanya
Aku : Bu, mana agil bu?
Sulis : agil lagi keluar nak, entah kemana tidak pamit dia
Aku : kira kira Lama gak ya bu?
Sulis : enggak tahu sayanh, tunggu di sini saja sampai datang fron
Aku : iya bu..
Waktu itu bu sulis pakaian menggunakan celana pendek dan hanya tantop aja atasannya. Aku tidak bisa berhenti memandangi kaki mulusnya dan susu besarnya di balik tantop, entah sengaja atau tidak itu membuatku kontolku ngaceng menonjol di celanaku.
Bu sulispun tahu kalau kontolku ngaceng dia melirik kebawah menatap celanaku Yang menonjol karena kontolku, tetapi dia masih ragu" Dan mengajakku mengobrol di ruang tamu.
Sulis : Sayang, sini duduk
Aku : iya but (aku berjalan duduk di kursi berhadapan dengan but sulis)
Sulis : udah makan nak?
Aku : udah but, saat mau berangkat kesini.
Sulis : Kalau belum, makan di belakang ya ambil sendiri, kan udah besar
Aku : ehh eh iya bu, ehmm apanya yang besar bu kan masih sekolah
Sulis : wkwkwk bukan itu sayang,itu loh
Aku : itu apa bu ?
Sulis : itu loh di celana kamu sayang
Aku : hehe,iya bu maaf ya bu
Sulis : gak apa" sayang, jangan malu itu normal kok
Aku : iya bu maaf
Sulis : kenapa menonjol bangun kontolmu fron
Aku : iya bu,aku melihat pakaian yang ibu pakai jadi ngaceng kontolku bu
Sulis : ciee anak ibu sange
Aku : maaf bu
Sulis : coba deketan sini sama bunda sayang
Aku : iya bunda
Sulis : hihi kasian, buka saja sayang sekarang
Aku : iya bunda
Akhirnya aku mendekat lalu bunda menyiumi wajahku memeluk dengan mesra Dan aku merasakan susu bundaku ini besar nempel. Kelihatannya dia juga sudah honry dengan meremas kontolku Yang ngaceng berat.
Aku menyetubuhi ibuku ini dengan kasar Dan aku hamili ku pejuh I memeknya dengan peju banyak keluar dari kontolku.
Dan esok harinya aku sengaja bolos sekolah sengaja untuk mengentoti bunda temanku ini, aku bangun pagi terus mandi, di dalam kamar mandi kontolku sudah ngaceng ingin sekali ngeluarin peju, tapi aku tahan untuk bunda sulis, setelah di jalan sudah ngaceng berat akhir nya sampai juga di rumah temanku. Dan bunda langsung bukakan pintu dan wow bunda sulis udah siap juga aku entot memeknya, setelah cioika cipiki bunda sulis langsung memelukku dan menuntunku ke kamar dan kita bugil bersama.
“Wow, seksinya!” bisikku dalam hati.Ia kemudian memintaku berdiri dan langsung menurunkan celana pendekku langsung beserta celana dalamnya, kontolku yang berukuran 20 cm sudah sangat keras kontan meloncat menunjuk-nunjuk ke depan. Tampak Bunda kaget melihat kontolku yang besar dan panjang, wajahnya memerah saat menatap.
“Cuma dilihat doang, Bun? Nggak pengen pegang?” tanyaku balik.
Bunda tersenyum. Masih dengan mata tak berkedip, ia mulai menyentuh dan mengusap-usap lembut batang kontolku. Dengan antusias ia memajukan wajah hingga kontolku menempel di bibirnya.
“Eehmm… Bun!” aku merintih saat ibu mulai menciumi batang kontolku. Dan, “Oouughhhh…” aku menjerit begitu masuk terkulum mulutnya.Bunda semakin liar bermain dengan kontolku, ia terus menjilat dan memaju-mundurkan kepala. Ibu ternyata mahir juga sehingga kontolku tidak pernah menyentuh giginya. Tak terlewatkan kepala kontolku ia kenyot-kenyot lembut sambil tangannya meremas biji pelerku. Tampak ia begitu berpengalaman mengoral kelamin laki-laki.
Sempat muncul berbagai pikiran dalam otakku, “Aneh, Bundaku yang terlihat seperti wanita baik-baik, yang tidak suka keluyuran serta lugu ini, begitu pandai mengoral kontol. Apa mungkin ia sering menonton film bokep ya? Atau, ia mungkin sudah sering melakukannya!”
Melihat Bunda yang sudah kelelahan, kuminta dia agar duduk sambil membuka kakinya lebar-lebar. Ia pun menuruti kemauanku.
Terlihat memeknya yang tembem tanpa bulu. Aku segera menjilati memek itu dengan perlahan dan lembut, mulai dari liangnya yang kecil sampai itilnya yang menonjol kaku. Hampir seluruh kulit tubuh Bunda menjadi merah ketika aku semakin cepat mempermainkan lidah dan mulutku pada belahan memeknya.
“Aaaaaaaeeeeehhhhhh ssssshhhhh…” desah Bunda sambil tubuhnya tak bisa diam, terus bergerak kian kemari akibat mendapat sensasi nikmat pada lorong memeknya.
Kucoba mencolokkan jari tengahku ke liang memek yang sudah sangat basah itu, peret sekali dan agak sulit. Kugerakkan perlahan-lahan sambil mulutku terus mengenyot dan menjilat, itil Bunda kurasakan sudah sangat mengeras. Dia semakin mendesah dan mengerang sambil tangannya mencengkeram agak kuat rambut serta kepalaku.
“Eeeemmhhhh, ooouuuuuuhhhhh… eeessssshhhhhhh!” rintihannya membuat suasana semakin panas.
Aku terus menjilat, menghisap, dan mencucup itilnya berkali-kali, terkadang dengan kenyotan agak kuat, sedangkan jari tengahku sudah semakin leluasa mengocok liang memeknya. Perlakuan demikian berlangsung hampir 15 menit hingga Bunda mencapai orgasmenya.
“Aaaaaaaaahhhhh, ooooouuuuhhhhh…!” erangnya keras. Tangannya mencengkeram kuat kepalaku, menekan pada belahan memeknya yang berkedut-kedut hebat sambil tubuhnya menggelinjang ke sana-kemari.
Cairan kenikmatannya menyembur deras, membasahi tangan serta daguku. Perlahan kutarik jari tengah dari dalam lubang memeknya. Terdengar nafas ibu masih terengah-engah.
“Mau dilanjutkan, Bun?” aku bertanya.
Bunda hanya mengangguk, tak bisa bersuara.
Kuminta dia agar menungging. Tanpa banyak basa-basi, Bunda segera berbalik dan menekuk tubuhnya, kini dia menungging di sofa. Aku berdiri di belakangnya, tersenyum, merasa senang karena bisa leluasa melakukan penetrasi ke dalam liang memeknya.
Sambil tangan kananku mencengkeram pantat bulat Bunda yang bahenol, kuarahkan kontolku menuju lubang memeknya. Cukup sulit kepala kontolku memasuki lubang itu, terasa peret dan sempit sekali.
“Nggak bisa masuk, bun.” aku berkata.
“Dorong terus! Nanggung!” Ibu mendesah.
Dengan satu dorongan kuat, aku melakukannya. Bunda membantu dengan membuka belahan memeknya lebih lebar lagi. Kutusuk sekuat tenaga hingga kontolku melesak, terbenam di liang memek Bunda yang sempit.
“Aagghhhh…” kami sama-sama melenguh meski baru kepala kontolku yang masuk.
“Dorong lagi, sayang!” Ibu berkata.
Aku mengangguk. Dengan bantuan cairan memek dan sisa cairan orgasmenya, kontolku kembali meluncur masuk. Memek Bunda terasa mencengkeram kuat dan masih agak peret ketika kontolku sudah terbenam seluruhnya.
“Kamu sudah nggak perjaka lagi, sayang. Hihi…” Bunda tertawa.
Aku tersenyum. “Aku senang melakukannya bersama Bunda!”
“Nah, sekarang goyang. Puaskan Bundamu ini!” Dia meminta.
Dengan perlahan, aku mulai menggoyangkan pinggul. Awalnya agak sedikit kaku. Tapi dengan bimbingan Bunda dan arahan darinya, tak lama aku mulai lancar. Dari gerakan melingkar, aku pun mulai memaju-mundurkan kontolku secara perlahan. Menyetubuhinya!
“Aagghhhh… terus, sayang! Tusuk yang keras! Terus!” Ibu merintih, menggelinjang keenakan.
Begitu juga denganku, kurasakan liang memek Bunda sudah dapat menyesuaikan dengan kontol besar dan panjang milikku. Aku jadi lebih leluasa dalam menyetubuhinya.
“Eeeemmmm eeeemmmhhh… enak! Terus, sayang!” desah Bunda.
Aku semakin semangat memompakan kontol. Sambil berpegangan pada bokong bulat ibu, kutambah kecepatan ayunan sehingga bunyi plok plok plok menjadi kian gencar dan keras.
“Aaaaahhhhhhh, aaaaaeeeeehhhhhh… ssssshhhhh, ooooouuuhhhh!” desah ibu seiring gerakanku yang semakin cepat.
Kini kedua tanganku meremas-remas agak kuat pantat bulatnya, juga sesekali menyambar bongkahan payudaranya yang bergelantungan indah. Terdengar desahan dan erangan Bunda semakin liar membahana karena nafsu birahi, dia sepertinya tak peduli jika teriakannya akan terdengar oleh tetangga.Tampak Bunda mulai menggoyang-goyangkan pantatnya. Dengan kecepatan penuh aku kocok terus memeknya dengan kontolku.
“Sayang, aku keluar! Aaaaaaooooouuuhhh, oooooouuuuuwwww, sssssshhhh!” erang ibu saat mendapat orgasme kedua.
Kuhentikan gerakan sejenak, kunikmati kedutan-kedutan memek Bunda pada batang kontolku yang masih terbenam kuat. Terasa kontolku seperti diremas-remas, sungguh nikmat sekali.
Ketika gelora orgasme Bunda sudah mereda, aku segera menelentangkan tubuhnya. Dengan penuh pengertian Bunda merentangkan kakinya lebar-lebar supaya aku lebih leluasa menusukkan kontolku ke dalam lubang memeknya.
Bibir memeknya masih memerah. Hanya memandang sudah membuatku menelan ludah. Sungguh indah sekali. Tanpa bulu, tembem, dan merekah basah.
“Ayo, sayang! Tunggu apa lagi?” kata Bunda, tersenyum.
“I-iya, Bun!”
Kutindih tubuhnya, kuarahkan kontolku tepat ke lubangnya yang mungil. Dengan mudah aku masuk. Sambil memeluk dan menciumi bibir Bunda, aku mulai bergerak maju mundur. Goyanganku membuat kedua susu montok ibu bergoyang-goyang turun naik. Indah sekali.
“Aaaaaaeeeeehhhh, eeeehhhmmmmm, oooooouuuuuhhhh!” desah ibu.
Aku terus mengocok kontol dengan cepat ke dalam liang memeknya. Terlihat mata Bunda terpejam, mulutnya menganga sambil tak henti-hentinya mengeluarkan desahan yang sangat sensual.Aku raih kedua susunya yang bergoyang-goyang indah itu. Kuremas-remas, terasa begitu montok, padat, dan kenyal. Aku terus memeganginya, mengkombinasikan remasan lembut dan cengkraman kuat sambil terus memaju mundurkan pinggul. Kontolku menembus lubang memek Bunda dengan sangat cepat.
“Ooughhh, sayang! Aauughhh!” Dia menggelinjang di atas kursi. Matanya terpejam, pipinya nampak semakin memerah, sementara mulutnya menganga sambil tak henti-henti mengeluarkan desahan serta erangan.
Aku yang terus memompakan kontol mulai merasakan gatal dan geli di kepala kontol, menandakan sebentar lagi orgasmeku akan segera tiba.
“Aaaaaaoooouuuwwww, aaaaaaahhh… aku keluaaaar!” erang ibu, sambil memeluk tubuhku erat. Ternyata dia sudah mendahului.
Hampir berbarengan dengan orgasmenya, aku pun menjerit juga. Badanku terkejang-kejang, sementara cairanku menyembur deras memenuhi liang rahim Bunda. Kami berpelukan, berciuman, menikmati saat-saat indah itu.
Lama tidak ada yang bergerak, dengan kontolku tetap menancap di belahan memeknya, sampai akhirnya aku bangkit. Kucabut kontolku dari jepitan memek Bunda. Terlihat begitu banyak sperma mengalir keluar dari celah belahannya yang sempit.
“Terima kasih, Bun.” Aku berbisik, kembali mencium bibirnya.
“Bunda yang harusnya terima kasih.” Dia tersenyum, lalu mengajakku menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Di sana, sambil menyabuni tubuh montok Bunda, aku mendengarkan pengakuannya. Ternyata dia rela menyerahkan tubuhnya karena sudah tidak tahan lagi. Sudah setahun ini Bunda tidak mendapatkan nafkah batin yang cukup dari siapapun.
“Kok bisa, bun?” tanyaku sambil mengurut-urut bulatan payudaranya.
“Temenmu suka loyo, kontolnya kadang bisa ngaceng kadang enggak!” jawab Bunda.
“Oo pantes!” Aku memeluk tubuhnya. “Kalau gitu aku siap jadi pengganti Papa. Bunda mau?”
Bunda tidak menjawab. Tapi dari kakinya yang mengangkang, siap untuk kusetubuhi, aku tahu jawaban yang ia berikan. Aku pun kembali memasukkan kontolku ke memeknya yang masih licin akibat cairan kami berdua.
“BLESS BLESS OHH OHH OHH!”. Erangku menahan Bunda sendiri hanya hanya mendesah menikmat sodokan penisku. Aku pun mencium bibirnya, lehernya, anting-anting di telinganya dan juga kedua payudaranya yang super montok. Aku begitu bergairah pada permainan kedua ini. kusodok memek Bundaku dengan penuh nafsu.
“OHH OHH OHH Bunda Nikmat Bunda OHH OHH OHH!”. Erangku padanya.
“Iya sayang Bunda juga nikmat OHH OHH OHH!”. Balasnya padaku.
Permainan kedua ini berlangsung cukup panas. Kami pun berganti-ganti gaya dari mulai aku misionaris, women on top, doggie style, dan juga posisi menyamping. Semua begitu nikmat dan menghanyutkan.
Tak terasa 45 menit sudah berlalu. Bunda sendiri sudah 3 kali orgasme. Spermaku juga sudah terasa akan keluar. Dalam posisi misionaris ini aku pun menyodok memeknya lebih dalam lagi sampai menyentuh rahim Bunda. Setiap kontolku menyentuh pintu rahimnya aku merasakan rasa nikmat yang teramat sangat. Sempat terpikir olehku bagaimana kalau nanti Bunda hamil akibat semburan spermaku di dalam rahimnya? Namun karena sudah kepalang tanggung aku mengesampingkan hal tersebut, yang penting nafsuku harus tuntas kali ini. perkara hamil atau tidak itu urusan nanti yang penting aku ingin mendapatkan kenikmatan maksimum dari Bundaku yang cantik bahenol dan berdarah Pakistan ini.
“OHH OHH BUNDA AKU MAU KELUAR TERIMALAH BENIH ANAKMU INI OHHH CROOTTT CROOTTT CROOTTT CROOTTT CROOTTT!”. Teriakku sambil menyemburkan sperma ke rahim Bunda dengan kuat.
“OHH JERRY SAYANG BUNDA JUGA KELUAR AHH AHH CREEETT CREEETT CREEETT!”. Sahut Bundaku yang juga sudah mencapai orgasmenya.
Akhirnya aku pun ambruk menindih tubuh Bundaku. Nafasku terengah-engah karena kelelahan begitu juga dengan Bunda. Setelah lebih tenang aku mendongakkan kepalaku sedikit sambil menatap wajah Bunda. Kulihat ia begitu bahagia sekali terbukti dengan tatapan matanya yang berbinar-binar melihat anaknya berhasil memberikan kenikmatan seks padanya. Kami pun berciuman mesra sambil berpelukan erat. Entah kenapa dalam posisi seperti ini rasa sayangku pun muncul terhadap Bunda. Aku seakan tidak ingin melepaskan Bunda dariku. Aku ingin memiliki Bunda seutuhnya. Inikah yang dinamakan jatuh cinta? Ya rupanya aku jatuh cinta dengan Bundaku sendiri.
“Bunda makasih ya, aku puas banget hari ini main sama Bunda”. Kataku padanya.
“Bunda juga terima kasih sama kamu fron”. Balas Bunda padaku.
“Aku sayang Bunda, aku gak mau kehilangan Bunda, I love you Bunda…CUPP”. Kataku sambil memeluknya erat dan mencium bibirnya yang lembut
Bunda juga sayang kamu fron, love you too anakku sayang…CUPP”. Timpal Bunda yang juga membalas perkataan dan juga ciumanku.
Setelah berpelukan dan berciuman mesra, aku tersadar apa yang aku lakukan. Ya aku telah mengeluarkan spermaku ke rahim Bunda dengan sangat banyak selama dua ronde persetubuhan kami tadi. Bagaimana jika Bunda hamil? Lalu bagaimana dengan Papa? Karena penasaran aku memberanikan diri untuk menanyakan hal itu padanya sekarang.
“Bunda”.
“Iya sayang”.
“Tadi spermaku aku keluarin di rahim Bunda”. Kataku merasa bersalah sambil menundukkan kepala.
“Gak apa-apa sayang, namanya juga masih perjaka, wajar”. Balas Bunda sambil mengusap kepalaku dengan lembut.
“Terus, kalo nanti Bunda hamil gimana?”. Tanyaku padanya.
“Justru Bunda pengen punya anak lagi sayang, sebenarnya dari dulu Bunda pengen punya anak lebih dari satu, tapi tau sendiri kan Papa kamu sering sibuk sama bisnisnya, apalagi sekarang performa seksnya udah menurun jauh, makanya Bunda gak bisa ngasih kamu adik”. Curhat Bunda sedih.
“Tapi Bun, kalo nanti Bunda hamil benihku terus nanti aku mau panggil dia apa? Kan dia lahir dari rahim Bunda juga sama kayak aku?”. Tanyaku bingung.
“Ya berarti kamu bakalan jadi Papa sekaligus kakak buat bayi di rahim Bunda nanti, apalagi Bunda sekarang lagi subur-suburnya. Kalo spermamu bisa membuahi Bunda hari ini, tahun depan kamu bakalan dapet adik baru sekaligus jadi Papa kandungnya hihihi”. Balas Bundaku sambil tertawa kecil dengan tatapan mata berbinar-binar ke arahku.
Mendengar kata “lagi subur” dari Bundaku otomatis membuat kontolku menegang kembali. Ah aku lanjut main ronde ketiga. Bunda yang menyadari pergerakan kontolku di memeknya mulai tersenyum. Dia tahu bahwa aku menginginkannya lagi.Aduh anak Bunda, kok kontolnya ngaceng lagi sih? Gak kasian apa sama Bunda yang udah kecapean gini hihihi”. Kata Bundaku merajuk manja.
“Abis sih, tadi Bunda ngomong “lagi subur”, jadinya kontolku ngaceng lagi deh OHH OHH OHH”. Balasku sambil kembali menyodokkan penisku ke dalam rahimnya.
“Dasar anak nakal, yaudah tuntasin gih nafsumu sekarang sama Bunda, tapi inget ya ini yang terakhir, Bunda masih banyak kerjaan soalnya”. Sahut Bundaku.
Aku pun melanjutkan permainanku. Hampir 30 menit kami bermain. Saat akan klimaks. Kucium anting-anting emas di telinganya lalu kusemprotkan sisa-sisa spermaku ke rahimnya, Bunda pun juga klimaks sambil memelukku erat-erat. Setelah permainan selesai kami pun bergegas untuk membersihkan diri di kamar mandi lalu keluar memakai baju dan beraktivitas seperti biasa. Malamnya bisa ditebak, Bunda mengajakku tidur di kamarnya tapi kami tidak “gituan” karena Bunda beralasan capek mengurus rumah seharian dan juga bisnis onlinenya. Aku pun mengerti dan hanya tidur bersama tanpa mengajaknya berhubungan seks.
Semenjak peristiwa itu, aku bagaikan kecanduan seks dengan Bunda. Hampir setiap hari kami berhubungan seks layaknya suami istri bahkan ketika temanku berada di rumah. Seringkali di waktu malam ketika selesai berhubungan seks dengan temanku, Bunda seringkali menyelinap ke kamarku dan mengajakku berhubungan seks kembali karena ia beralasan temanku tidak mampu memberinya kepuasan seks yang maksimum seperti yang biasa dia nikmati dariku. Aku senang mendengarnya dan selanjutnya kami akan berhubungan seks sampai menjelang pagi dan Bunda akan kembali ke kamarnya agar Temanku tidak curiga.
4 bulan sudah aku dan Bunda menjalani hari-hari dengan penuh cinta. Selain menjalani hubungan terlarang dengan Bundaku, aku tetap belajar untuk mempersiapkan diri masuk PTN. Bunda ketika sehabis bercinta denganku selalu menyemangatiku untuk giat belajar agar cita-citaku tercapai. Hari ini di waktu malam tibalah saatnya pengumuman seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri. Dengan perasaan deg-degan aku masuk ke kamar dan membuka laptop dan kuaktifkan modem agar dapat membuka website pengumuman dan kumasukkan nama dan no ujianku. Aku berharap diterima di PTN di kotaku ini supaya aku tidak perlu berpisah dengan Bunda. Setelah kumasukkan semua dataku dan kulihat hasilnya ternyata aku diterima di PTN favorit di kotaku. Aku pun merasa senang sekali saat itu. Aku pun langsung keluar kamar mencari Bunda yang ada di kamarnya untuk memberitahukan kabar gembira ini.
Sewaktu pergi ke kamarnya kulihat Bunda tidak ada disana. Aku langsung bergegas ke dapur dan kulihat Bunda sedang muntah-muntah di wastafel dapur. Ketika selesai Bunda langsung berbalik badan menatapku sayu dan wajahnya yang cantik itu terlihat sedikit pucat. Tanpa pikir panjang aku langsung memeluk Bunda dan memberitahukan kabar gembira ini.
“Bunda, aku diterima di Universitas xxxx, Jurusan xxx”. Kataku sambil memeluknya erat.Selamat ya sayang, akhirnya anak Bunda tercapai juga cita-citanya”. Katanya sambil menatapku sayu.
“Bunda kok hari ini keliatan pucat banget, Bunda sakit ya”. Kataku sambil menemperkan punggung tanganku ke dahinya.
“Gak sayang Bunda gak sakit kok, Bunda cuma hhmmm”. Katanya agak ragu-ragu menjawab pertanyaanku.
“Iya Bunda kenapa, ayo ngomong jangan bikin aku tambah khawatir”. Desakku padanya.
“Bunda hamil Fron, ini anak kamu”. Jawabnya sambil menempelkan tanganku ke perutnya.
“Beneran Bunda hamil? Tau darimana kalo sekarang lagi hamil”. Tanyaku seakan tak percaya.
“Ini sayang”. Bunda menunjukkan test packnya yang ia kantongi di dasternya dan ada lambang positif yang menandakan ia memang positif hamil.
Mendengar itu aku senang bukan kepalang, kuciumi Bundaku lalu kubawa ia kekamarnya untuk merayakan kebahagiaan kita berdua. Malam itu kami bermain seks dengan panas sampai pagi karena temanku sedang ada di sekolah. Akhirnya setelah selesai kami pun tidur berpelukan telanjang.
Keesokan harinya saat sarapan bersama, aku bertanya pada Bunda tentang temanku.
Bersambung...
Komentar
Posting Komentar